Tuesday, November 16, 2010

Komunitas Gerbang: Eksistensi yang Tidak Memudar

T13/OJ/2010
Indira Listiarini
210110090014

Komunitas Gerbang lahir pada tahun 2002 di gerbang Unpad. Sebelumnya sudah ada beberapa komunitas yang berdiri di gerbang kampus, tetapi pada waktu itu belum ada inisiatif untuk membuat kegiatan. Tahun 2008 komunitas gerbang mulai vakum, karena gerbang Unpad direnovasi untuk dijadikan jalanan umum. Meskipun saat itu komunitas vakum, tetapi tetap mengadakan kegiatan lebih ke penyuluhan.
Banyak mahasiswa yang datang untuk menanyakan bagaimana membuat sebuah kegiatan. Banyak masyarakat yang meminta bantuan juga untuk membuat sebuah kegiatan. Dan komunitas Gerbang pun membantu sesuai dengan kemampuannya. Pada tahun 2009 mulai ada inisiatif untuk mempunyai sekre sendiri, karena barang-barang properti komunitas sudah banyak.
Namun sekre tetap komunitas ini baru terealisasi pada tahun 2010. Sekre pertama berada di Caringin, namun tempatnya kurang strategis dan akses yang sulit. Peresmian kepengurusan juga baru terjadi tahun 2010 ini karena dulu komunitas ini identik dengan Ito, salah satu godfather komunitas ini. dan juga proses regenerasi yang susah, karena komunitas berawal dari interest yg sama. Setelah tahun ini antusisme baik dari mahasiswa dan masyarakat ternyata muncul kembali. Oleh karena itu komunitas Gerbang kembali bergairah dalam berkegiatan.

Salah satu acara Komunitas Gerbang


Narasumber :
Akbar Royan Kumara
5 April 1990
085714404411

Komunitas Gerbang: Eksistensi yang Tidak Memudar

T13/OJ/2010
Indira Listiarini
210110090014

Komunitas Gerbang lahir pada tahun 2002 di gerbang Unpad. Sebelumnya sudah ada beberapa komunitas yang berdiri di gerbang kampus, tetapi pada waktu itu belum ada inisiatif untuk membuat kegiatan. Tahun 2008 komunitas gerbang mulai vakum, karena gerbang Unpad direnovasi untuk dijadikan jalanan umum. Meskipun saat itu komunitas vakum, tetapi tetap mengadakan kegiatan lebih ke penyuluhan.
Banyak mahasiswa yang datang untuk menanyakan bagaimana membuat sebuah kegiatan. Banyak masyarakat yang meminta bantuan juga untuk membuat sebuah kegiatan. Dan komunitas Gerbang pun membantu sesuai dengan kemampuannya. Pada tahun 2009 mulai ada inisiatif untuk mempunyai sekre sendiri, karena barang-barang properti komunitas sudah banyak.
Namun sekre tetap komunitas ini baru terealisasi pada tahun 2010. Sekre pertama berada di Caringin, namun tempatnya kurang strategis dan akses yang sulit. Peresmian kepengurusan juga baru terjadi tahun 2010 ini karena dulu komunitas ini identik dengan Ito, salah satu godfather komunitas ini. dan juga proses regenerasi yang susah, karena komunitas berawal dari interest yg sama. Setelah tahun ini antusisme baik dari mahasiswa dan masyarakat ternyata muncul kembali. Oleh karena itu komunitas Gerbang kembali bergairah dalam berkegiatan.

Salah satu acara Komunitas Gerbang


Narasumber :
Akbar Royan Kumara
5 April 1990
085714404411

Alat Musik Sunda

T13/OJ/2010
Rizky Indra Purnama
210110090013


Alat musik dikalangan sunda lebih dikenal dengan waditra. Segala sesuatu musik menurut tradisi sunda adalah waditra dan gamelan merupakan salah satunya. Gamelan merupakan alat tradisional sunda. Gamelan terbagi menjadi dua, yaitu: degung dan salendro. Salendro biasa digunakan untuk pengiring tarian sunda sedangkan degung hanya untuk didengarkan tanpa harus menjadi pengiring tarian sunda. Pada umumnya degung terdiri dari jenglong yang mempunyai 6 gong kecil. Borang mirip dengan jenglong tapi kecil. Panerus bentuknya bilahan, goong, suling, dan gendang.

Fungsi Waditra:
  1. 1.      Jenglong (Degung) berfungsi sebagai “bulung aring gending”.
  1. 2.      Bonang (Kolenang) berfungsi sebagai “murda lagu”.
  1. 3.      Peking berfungsi sebagai lilitan lagu.
  1. 4.      Panerus berfungsi sebagai kemprangan.
  1. 5.      Goong berfungsi sebagai pengatur “wiletan” disebut “raksa wiletan”.
  1. 6.      Kendang berfungsi sebagai “Yasa Wirahmi”.
  1. 7.      Suling berfungsi sebagai “Uparengga lagu”.

Semua alat – alat ini dapat dipelajari dan ditemukan dengan mudah di UKM LISES sebagai wujud cinta dan ingin melestarikan budaya sunda.





Wayang, Identitas Bangsa Indonesia yang Harus Dilestarikan


T13/OJ/2010
Firman Fernando Silaban
210110090002

            Kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia tetap menjadi aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan besarnya antusiasme dan apresiasi dari negara-negara lain terhadap hasil karya seni di Indonesia. Selain menjadi aset yang tentunya sangat berharga, kesenian, kebudayaan, dan karya seni yang ada di Indonesia juga menjadi identitas bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya. Beberapa hasil karya seni yang ada di Indonesia seperti wayang dan patung dari pulau Jawa dan Bali, merupakan contoh kecil dari sekian banyak hasil karya seni yang ada. Wayang yang identik dengan hasil karya seni dari pulau Jawa memiliki banyak keistimewaan yang menarik perhatian dan antusiasme dari negara lain.
 Wayang memiliki banyak karakter dan mewakili cerita-cerita rakyat dari pulau Jawa. Hal tersebut membuat wayang menjadi salah satu identitas bangsa yang cukup dikenal hingga mancanegara dan menjadi salah satu aset yang berharga bagi bangsa Indonesia. Karakter-karakter wayang yang menjadi andalan dalam hasil karya senin adalah Rama dan Shinta, Barata Guru, Arjuna dan Srikandi, Gatot Kaca, Bima, dan Hanoman. Karakter lainnya seperti Si Cepot, Si Petruk, Bagong, dan Semar merupakan karakter yang biasa di tampilkan dalam panggung bernuansa humor.
Pak Asep Suparman adalah salah satu dari sekian banyak pengrajin yang masih bertahan di tengah era globalisasi saat ini. Perkembangan budaya barat yang saat ini menjadi topik hangat di Indonesia, tidak menyurutkan langkah Pak Asep Suparman dalam menekuni kerajinan wayang di Jawa Barat. Dengan sokongan modal sendiri, Pak Asep terus melangkah dengan keyakinan untuk melestarikan kerajinan wayang di Indonesia. Usaha kerajinan wayang yang turun-temurun dari keluarga, membuat Pak Asep Suparman menjadi salah satu pengrajin wayang yang cukup dikenal di Jawa Barat.
Si Cepot salah satu wayang dari Jawa Barat
Pak Asep yang ditemui di toko kerajinan wayangnya di daerah Cipacing, Bandung, Jawa Barat menuturkan bahwa peran pemerintah setempat sangatlah dibutuhkan untuk membantu dalam mengatasi permasalahan modal yang dialami beberapa pengrajin wayang di daerah tersebut. Pak Asep juga mengatakan bahwa negara lain malahan jauh lebih mengapresiasi hasil karya seni dari Indonesia ketimbang rakyat Indonesia sendiri. Pak Asep juga sering mendapatkan pesanan wayang dari negara lain seperti Jerman, Amerika, dan Jepang.
Beberapa hasil karya Pak Asep
Pak Asep tetap yakin bahwa karya seni wayang di Indonesia akan tetap menjadi aset andalan untuk bangsa Indonesia sendiri. Selain wayang, Pak Asep juga membuat dan menjual senapan angin yang menjadi aset khas Jawa Barat. Pak Asep juga terkadang menjual beberapa hasil karya seni lainnya dari luar Jawa seperti patung Garuda dari Bali. Peran pameran kesenian sangat membantu para pengrajin kesenian baik di Jawa Barat, pulau Jawa, bahkan seluruh Indonesia untuk memperkenalkan hasil karya seni yang mewakili wilayahnya masing-masing.
Wayang Panggung hasil karya Pak Asep
Dalam proses pembuatan kerajinan wayang yang dimilikinya, Pak Asep memiliki ruang workshop-nya sendiri di belakang toko kerajinannya. Pak Asep juga memiliki beberapa orang yang membantunya dalam pembuatan wayang yang tersebar di enam lokasi sekitar Jawa Barat. Hal tersebut cukup membantu Pak Asep dalam menekuni usaha kerajinannya. Pak Asep juga berperan sebagai supplier ke beberapa toko yang menjual hasil karya kesenian di daerah Cipacing, Rancaekek, dan Bandung. Banyaknya pesanan wayang membuat Pak Asep sering kewalahan dalam melayani pembeli. Namun, hal tersebut menjadi pemacu semangat Pak Asep untuk terus melestarikan hasil karya seni wayang, khususnya daerah Jawa Barat.
Kendala yang sering dihadapi Pak Asep ketika pembeli datang dari negara lain adalah penjelasan mengenai sejarah atau cerita di balik tokoh atau karakter wayang yang dijualnya dalam bahasa asing. Kendala biaya untuk menerjemahkan sejarah atau cerita mengenai penokohan dalam wayang sering membuat Pak Asep kewalahan. Namun, hal tersebut tidak menjadi suatu kendala yang berarti, malahan sebagai pemicu semangat Pak Asep untuk terus memperkenalkan wayang sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia ke negara lain. Besar harapan yang ditorehkan kepada generasi muda untuk mau mengenal, menjaga, dan melestarikan hasil karya bangsa sendiri agar tidak hilang termakan jaman.


Data Narasumber
 
Asep Suparman
Jln. Raya Cileunyi Cipasung No. 55A Km 19 Kp. Pasirtukul Bandung
Telpn : 022-7793967

akulturasi, meramaikan pentas kostum


T13/OJ/2010
Surya Rianto
210110090011

Tampak segerobolan orang menggunakan  kostum aneh sedang berkumpul di bagian pojok ruangan. Kostum yang mereka  pakai banyak yang mengikuti kostum di anime-anime jepang ternama, karakter mereka pun seperti dibuat sama walaupun ada tampak yang benar-benar aneh di salah satu dari mereka karena benar-benar tidak pas dengan tokoh yang dia perankan.
Tetapi, di sudut berlawanan tampak orang-orang yang berkostum aneh juga, namun kali ini kostum yang dipakai adalah kostum yang tidak berhubungan dengan anime atau apapun. Mereka semua menggunakan kostum tokoh-tokoh imajinasi yang ada di Indonesia. Ada yang menggunakan kostum Wiro Sableng, Gatot Kaca dan sebagainya.
Vini (19) seorang gadis yang mungil berjalan di festival Jepang di Braga beberapa minggu lalu ini memang sangat menyukai acara-acara yang seperti ini bahkan kadang dia ikut dalam cosplay. Menurutnya, acara seperti ini sangat menarik dengan banyaknya yang menggunakan kostum-kostum tokoh-tokoh di anime yang terkadang dia sendiri mencari – cari orang yang memakai kostum tokoh anime yang diidolainya.



Ditanya perbedaan antara menjadi peserta cosplay dengan menjadi penonton menurutnya, “kalau saat menjadi peserta maka akan sering kamera menghampiri kita, “jadi berasa artis gitu” tapi kalo jadi penonton kita yang minta foto.”
dia pun mengatakan terakhir dia mengikuti cosplay saat masih di bangku sekolah menengah dan saat itu yang ia ikuti di daerah Jakarta. Sekarang dia sudah susah untuk bisa mengikuti acara seperti itu karena kesibukan akan menjadi sulit untuk menyiapkan kostum dan sebagainya.
Tapi sekarang cosplay semakin berkembang dan telah teralkulturasi dengan kebudayaan Indonesia. Banyak sekarang cosplay tidak hanya mengikuti tokoh-tokoh anime di jepang melainkan tokoh-tokoh imajinasi di Indonesia. Saat itu ia memperlihatkan poto gatot kaca yang beraksi di atas panggung.
Kebudayaan cosplay ini sudah mendunia, banyak sekali cosplay dilakukan di segala penjuru dunia, “saya punya keinginan untuk melihat cosplay di Negara Eropa,” tandasnya dengan senyumannya.




walaupun kini dia sudah tidak menggeluti kegiatan tersebut, namun dia masih sangat sering menonton pertunjukkannya.




Menghidupkan Kota Seni

T13/OJ/2010                     
                                                                          
    Atifa Adlina
   210110090007
Kota seni merupakan acara seni pertama yang diadakan BEM Fisip Universitas Indonesia. Acara ini bertemakan “Satu Kota, Seribu Karya, Satu Identitas”. Acara yang membawa seni ke dalam dunia sosial dan politik ini membuat konsep kota karena dekat dengan Fisip yang berhubungan dengan sosial politik  yang juga dekat dengan arti sistem pemerintahan itu sendiri. Kota seni ini membawa 13 bagian seni ke dalam satu wilayah kampus Fisip.
Acara yang terlaksana pada tanggal 6-13 November 2010 ini mempunyai banyak rangkaian acara disetiap harinya. Layaknya sebuah kota, pengubahan kampus bisa ditemui hutan, galeri, mall, bioskop, dan sistem pemerintahannya sendiri.
Kota seni ini tidak hanya menghadirkan sesuatu kepada para pengunjungnya. Para panitianya sendiri mempunyai konsep agar kota ini bisa dijadikan tempat berbagi dan mendapatkan sesuatu di dalamnya. Ketika melakukan roadshow, segmentasinya pun mengundang karya-karya, atau bisa disebut undangan berkarya agar karya tersebut bisa dipamerkan. Seperti dalam temanya juga, seribu karya tersebut dipamerkan dalam acara kota seni ini.


Kota seni ini tidak hanya melibatkan masyarakat Universitas Indonesia saja, tetapi dari berbagai kalangan. Baik dari anak kecil, remaja, dewasa hingga yang tua. Acara pembuka pun menampilkan drum band yang dibawakan oleh siswa-siswi Taman Kanak-Kanak.
Kesenian yang ditampilkan dari acara ini terdapat kesenian moderen dan tradisional. Diantaranya, melukis, film, foto, taman batik, pabrik sastra, mall desain, ruang teatrikal, alun-alun musik, tenmpat tari, dan kuliner kopi. Ketika ditanya apa perbedaan kota seni ini dengan yang lain, Lele, ketua pelaksana pun menjawab bahwa acara ini lebih menampilkan seni daripada kebudayaan. Para panitia ingin membuktikan bahwa seni di Indonesia tidak sebatas tari dan batik saja. Mereka ingin menampilkan bahwa Indonesia kaya akan kesenian. Perbedaan kesenian itu bukannya
menciptakan perpecahan tapi
malah mempersatukan kita sebagai satu identitas yaitu Indonesia. “Seni itu sangat berdamai dengan siapapun” tutur Lele.



data narasumber
nama : lele
no. hp : 085714205349
mahasiswi fakultas ilmu sosial ilmu politik jurusan kriminologi

Monday, November 15, 2010

Sanggar Motekar, Pelestari Budaya Sunda di Jatinangor

T13/OJ/2010
Mahardika Agung Made
210110090021


Mungkin lama sebelum kawasan Jatinangor menjadi kawasan pendidikan, masyarakat Jatinangor hidup dalam suasana budaya sunda yang kental. Setiap hari budaya tersebut menjadi semacam kegiatan atau sebagai identitas yang menjadi ciri khas. Tahun pun berganti seakan beiringan dengan semakin menipisnya kehidupan yang sarat dengan budaya di Jatinangor ini. Semakin berkembangnya kawasan Jatinangor sebagai kawasan pendidikan, masyarakat cenderung sibuk dengan membangun kos-kos. Pekerjaan lama yang mereka geluti ditinggalkan untuk mengelola sesuatu yang "baru" ini.


Rampag Kendang : Dokumentasi Sanggar Motekar
Supriatna (58), seorang budayawan dan mantan kepala sekolah SD Jatinangor yang memelopori berdirinya sanggar ini. Sejak awal tahun 1980, ia mulai menggeluti seni tradisi Sunda. Awalnya ia mengadakan kegiatan berkesenian di rumahnya pada tahun 1980. Saat itu, ia memberikan pelatihan seni tradisi bagi siswa-siswanya untuk menghadapi hari-hari besar, seperti 17 Agustusan, dan berbagai perlombaan. Bersama dua orang anaknya yang juga mencintai seni, mereka membangun Sanggar Motekar ini pada tahun 2000. Dia menggunakan rumah sederhananya sebagai sanggar.


"Motekar itu bahasa sunda, artinya kreatif tapi anak saya mengartikannya sebagai singkatan dari Modal Tekad Pikeun Mekar atau Modal Tekad Untuk Berkembang", kata Supriatna. Dia juga menceritakan bahwa sekarang masyarakat yang ingin mempelajari budaya Sunda sudah berkurang berbeda dengan dulu. Saat ini pelestarian budaya Sunda di Jatinangor sudah dalam status gawat. Hanya segelintir orang saja yang berminat mempelajari atau mendalami budaya Sunda ini. Hal itu disebabkan banyaknya pendatang seperti mahasiswa-mahasiswa karena Jatinangor sendiri sudah berubah menjadi kawasan pendidikan. Kehidupan modern juga merupakan salah satu penyebabnya.


Di Sanggar Motekar ini, Supriatna membentuk kelas-kelas tersendiri karena kesenian harus memiliki dasar terlebih dahulu. Kelas-kelas tersebut yaitu :



Kelas Tari
Tingkat 1
1. Tari sekar putri (tarian yang menggambarkan putri yang sedang bermain di taman). Tarian ini untuk tingkat dasar untuk putri dan dilakukan berkelompok.
2. Anjasmara (tarian yang menggambarkan putri yang sedang bermain di taman). Tarian ini untuk tingkat dasar untuk putri dan dilakukan berkelompok.
Tingkat 2
1. Tari merak (tarian kreasi, memperlihatkan keindahan merak)
2. Tari Adipati Karna (tarian tentang tokoh wayang Adipati Karna, satria yang gagah dan pemberani)
Tingkat 3
1. Tari Ratu Anggraeni (tarian yang menggambarkan putri yang hendak berperang) tarian ini dilakukan sendiri.
2. Tari Gatotkaca (tarian yang menggambarkan tokoh wayang Gatotkaca, seorang pahlawan negeri Amarta). Untuk putri dan putra.
3. Tari Topeng (tarian tentang kegagahan dan kesombongan manusia). Untuk putrid dan putra.
4. Tari Baladewa (tarian tentang seorang tokoh wayang yang menggambarkan manusia gagah, emosional, dan pemberani) Untuk putri dan putra.
Kelas musik
Di kelas musik tradisional sunda ini siswa akan diajarkan keterampilan dasar memainkan beberapa alat musik sampai ke tingkat yang lebih tinggi.
1. Kelas kecapi
2. Kelas suling
3. Kelas kendang
4. Degung (saron, bonang, goong)
Kelas Drama
Kelas drama ini ditujukan untuk siswa smp dan sma di Jatinangor
Tari Merak : Dokumentasi Sanggar Motekar
Sanggar ini tidak hanya diperuntukan untuk masyarakat sekitar saja, mahasiswa-mahasiwa juga bisa mengikutinya jika berminat. Disini juga terdapat pelestarian budaya Cikeruhan atau yang dikenal dengan nama Cikeruhan Revitalization Project. Di sini pelestarian kesenian Cikeruhan yang memang sudah semakin jarang ditemui dilakukan. Pelestarian itu berupa pembukaan kelas yang mempelajari Rebab, Kendang, dan pola Tarian Ketuktiluan.
Semakin berkembangnya zaman atau teknologi bahkan manusia seharusnya tidak menghilangkan sesuatu yang memang sudah menjadi budaya di masyarakat. Sanggar Motekar ini hanya sebagian kecil dari usaha segelintir masyarakat dalam melestarikan sesuatu yang mereka anggap bagian hidup mereka, BUDAYA SUNDA yang juga merupakan identitas mereka. Hanya tinggal melihat nantinya apakah waktu dan zaman akan terus memakan kebudayaan itu sendiri.

Sanggar Motekar
Jalan Kolonel Achmad Syam No. 70, Desa Sayang, Jatinangor, Sumedang
Telp. : 022-7782479

Orderan UPBM, hanya dibayar pengalaman

T13/OJ/2010


Afif Permana Aztamurri
210110090010


Unit Pencinta Budaya Minangkabau merupakan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di Universitas Padjadjaran, yang bergerak dalam kegiatan penalaran, seni dan budaya. Dalam bidang seni dan budayanya, UPBM memiliki tiga pilar utama dalam kegiatannya yaitu tari, musik, dan randai (seni pencak silat). Dalam berkegiatan , UPBM tentunya telah mempersiapkan segala bentuk wadah untuk menyalurkan semua kegiatan yang dilakukan di UPBM.

Salah satu tempat menyalurkan hasil kegiatan dan latihan-latihan seni dan budaya di UPBM adalah orderan. “Orderan di UPBM itu merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari latihan-latihan yang telah dilakukan oleh anggota UPBM sewaktu hari-hari sekre, ” jelas Gustrieldy Maha Putera (20) yang merupakan seorang pengurus UPBM periode 2009/2010. Ia menambahkan, pada orderan itu UPBM menerima permintaan dari orang-orang yang melakukan hajatan atau pernikahan, acara-acara penting, pembukaan seminar, dan sebagai pengisi acara-acara lainnya.

UPBM berperan sangat penting ketika mengisi acara pesta hajatan pernikahan, karena di sana terdapat sebuah adat penyambutan para mempelai ke pelaminan yaitu dengan adanya Tari Pasambahan yang bersesensi untuk menyambut orang penting (dalam hal ini pernikahan), disertai dengan penyobekan sirih tanda peresmian acara penting itu. UPBM menjadi saksi hidup pernikahan antara dua individu yang berbeda, dan ini merupakan acara yang sangat sakral. Tidak hanya pada pernikahan, tapi juga dalam pembukaan acara-acara dan menyambut tamu kehormatan pada sebuah acara.

Esensi yang didapat dari kegiatan orderan hanya sebuah aktualisasi kepada orang-orang setelah anggota UPBM berlatih dan menunjukkan bahwa mereka mempunyai suatu kemampuan khusus. Menurut Putra (sapaan akrab Gustrieldy), imbalan yang diberikan kepada UPBM untuk acara ini adalah uang dari yang mengundang UPBM, untuk UPBM, tapi dari UPBM kepada anggotanya tidak diberi imbalan, melainkan sebuah penghargaan sosial bagi mereka yang sudah ikut bergabung dalam kegiatan orderan.

Banyak kesan-kesan yang diperoleh anggota UPBM pada kegiatan orderan. Kegiatan orderan tidak hanya pada acara pernikahan, tapi banyak acara-acara penting lainnya. Menurut Putra, yang paling berkesan baginya adalah ketika tampil di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Bappenas, di mana mereka tampil di depan menteri-menteri. Orderan di Kemang sewaktu penggalangan dana untuk korban gempa Sumatera Barat 30 September, UPBM sepanggung dengan banyak artis-artis nasional. “Kita diberikan sensasi-sensasi yang berbeda di setiap orderannya”, ujar Putra.

Acara orderan ini merupakan suatu bentuk pertisipasi dari anggota UPBM, di mana mereka hanya dibayar pengalaman yang besar karena berperan dalam acara penting dan penghargaan sosial. Tidak dibayar perindividu, namun mereka tetap menunjukka aktualitas dan eksistensi individu mereka. 


Biodata Narasumber:
Naman Lengkap : Gustrieldy Maha Putra
Tempat, tanggal lahir: Padang, 10 Agustus 1990
Pendidikan : SMA Don Bosco Padang, Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran 2008
Jabatan di UPBM : Kepala Departemen Kajian, Anggota Divisi Musik.
nomor HP : 081221239195

Foto Narasumber:


Foto Kegiatan : 


Lingkungan Seni Sunda ITB : Lestarikan Budaya Sunda di Kalangan Mahasiswa

T13/OJ/2010

Ridwan Achmad Darmawan
210110090019


----------------------------------------

Lingkungan Seni Sunda ITB : Lestarikan Budaya Sunda di Kalangan Mahasiswa

Lingkungan Seni Sunda Institut Teknnologi Bandung, atau lebih sering disebut LSS ITB, merupakan salah satu unit ITB yang berusaha untuk melestarikan budaya sunda. LSS ITB didirikan oleh sekelompok mahasiswa, yaitu Jajoen E, Rastihat, dan Sujana W. , didirkan saat ITB dipimpin oleh rektor rof. Dr. Doddy A. Tisna Amijaya pada tanggal 15 April 1971. Selain untuk melestarikan budaya sunda, LSS ITB juga merupakan wadah kreatifitas bagi mahasiswanya dalam bidang seni budaya sunda.

LSS ITB merupakan unit terbesar dan memiliki anggota yang banyak. Biasanya anggota LSS ITB mahasiswa dari kota Bandung. “Anggota LSS ITB sendiri kebanyakan dari Bandung, ada juga yang tersebar dari berbagai daerah. Bahkan, mahasiswa dari Jakarta pun ada.” Ujar Hibatulwafi Sofyan, salah satu anggota LSS ITB yang juga merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Lingkungan ITB angkatan 2009.

Rutin mengadakan kegiatan

 Dalam agendanya, Lingkungan Seni Sunda ITB yang memiliki markas di Aula Barat ITB ini, sering melakukan acara pelestarian budaya, seperti namanya, pasti budaya Sunda. Budaya sunda saat ini memang kurang dipedulikan oleh masyarakat, khususnya anak muda dan mahasiswa. Oleh karena itu, LSS ITB melestarikan budaya sunda dalam bentuk kegiatan acara yang dibuat menarik perhatian anak muda khususnya mahasiswa.

Dengan sering mengadakan acara untuk melestarikan budaya sunda, eksistensi LSS ITB cukup baik di kalangan mahasiswa. Berbeda dengan unit kegiatan mahasiswa di kampus lainnya yang berbicara budaya Sunda, LSS ITB lebih eksis dari pada unit di kampus lain. Misalnya saja di Unpad yang notabenya adalah universitas di tanah sunda. Unit kegiatan mahasiswa yang berlandaskan budaya sunda yaitu Lises, kalah saing dengan unit kegiatan mahasiswa budaya lain, misalnya Unit Pecinta Budaya Minang (UPBM). UPBM lebih diakui eksistensinya daripada Lises di lingkungan UNPAD. “menurut saya, LSS ITB lebih eksis dari pada 
Lises UNPAD, karena saya sering dengar LSS ITB membuat acara, berbeda dengan Lingkungan seni sunda-nya UNPAD” pendapat Arbhi Faturahman, mahasiswa Pertanian UNPAD angkatan 2009.

Selain kegiatan dalam bentuk acara, LSS ITB pun mengadakan sesuatu yang berhubungan dengan budaya sunda, seperti bahasa dan tingkah laku. LSS ITB pun sering memberikan pelajaran mengenai budaya sunda, seperti belajar memahami bahasa sunda, huruf sunda, dan memainkan alat musik budaya sunda.

Unit yang diketuai dengan sebutan pupuhu ini memiliki acara rutin yang sering dilakukan di antaranya adalah Program Mimitraan Anyar, Beberes Badag, Dies Natalis, dan yang terakhir adalah Pagelaran LSS.

Pagelaran Seni Sunda 2010

Merupakan acara tahunan yang rutin dilakukan LSS ITB. Tahun 2010 diberi tema “Wani Tandang Ku Getih Sunda” sebelumnya diadakan talkshow yang berjudul “Getih Sunda Solusi Konspirasi Jaman”. Acara ini dibawakan dengan kesenian-kesenian sunda. Maksud dan tujuannya adalah jelas untuk melestarikan budaya sunda, tetapi juga memiliki tujuan eksternal, yaitu memperkenalkan budaya sunda kepada masyarakat luar. 

Dengan kata lain, dengan pagelaran ini menunjukan ke masyarakat luas, bahwa mahasiswa pun peduli dan ikut serta dalam melestarikan budaya Sunda.

Pada tahun 2010, LSS mengadakan acara di dua kota berbeda, yaitu di kota Bandung dan Jakarta. Sebenarnya tidak memiliki perbedaan, sama-sama menampilkan Longser yang diselingi kesenian lain. Ditampilkan beberapa kesenian sunda dalam acara ini. Tetapi, dengan diadakan di kota Jakarta, diharapkan LSS bisa dikenal di luar Bandung.

-----------------------------------------------

Data narasumber :

Hibatulwafi Sofyan
Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Lingkungan ITB angkatan 2009
085659959338













Mochammad Arbhi Faturahman
Mahasiswa Fakultas Pertanian UNPAD angkatan 2009
085659304447